Chapter baru dalam hidup saya officially dimulai ketika saya menandatangani kontrak sebagai trainee Officer Development Program (ODP) Bank Tabungan Negara pada Jumat, 22 September 2017. Setelah selesai pemberkasan dan tanda tangan kontrak, kami diantar menuju LPPI sebelum besoknya harus melakukan samapta / bintalsik (bina mental dan fisik) yang rencananya dilakukan di Ringdam Bogor. Dikarenakan Ringdam sedang ada kegiatan, kegiatan samapta dipindahkan ke Brigade Infanteri Para Raider 17/Kujang I Batalyon Infanteri Para Raider 305 / Tengkorak Karawang. Dari namanya saja sudah cukup seram, logonya pun tengkorak.
Secara keseluruhan saya cukup menikmati kegiatan ini. Beratnya hanya kurang tidur saja dan beberapa teman yang kurang bisa menempatkan diri sehingga mengakitbatkan teman lain ikut dihukum. Selama pendidikan dua orang menanyakan saya kenapa tidak masuk tentara, saya jelaskan dulu pernah coba polisi tapi gagal. Impian jadi polisi TNI kembali muncul tapi jalan orang beda-beda.
Mengingat saya pernah jadi bagian defille 2 tahun saat di universitas, saya tidak kesulitan mengikuti kegiatan. Saya cukup menikmati kegitaan kedisiplinan, PBB dan fisik seperti ini. Pengalaman ini akan saya ingat, pembelajarannya dan ilmunya akan selalu saya coba terapkan dihidup saya.
Sabtu, 23 September
Foto Sebelum Pembuka |
Sabtu pagi jam 7, kami sudah dijemput oleh pelatih Aidil dan Jonny dengan menggunakan truk yang biasa di gunakan oleh TNI. Perjalanan cukup melelahkan mengingat jarak LPPI di Jakarta Selatan dan Karawangan cukup jauh. Sesampai di Karawang kami dibariskan dan dikumpulkan. Acara awal dimulai dengan pengenalan oleh komandan Tengkorak, Komandan Sumarlin Marzuki, dilanjutkan pemotongan rambut bagi pria, dan pembagian perlengkapan.
Selain itu, kami juga diajari beberapa lagu oleh pelatih Junedi dan pengenalan pelatih-pelatih yang bertugas. Pembukaan yang rencananya dilaksanakan pada hari Sabtu jam 4, diundur besok paginya. Pelatih Junedi mengingatkan bahwa hari ini kami harus menikmati senyum beliau. Karna saat pembukaan dan orientasi serta pendidikan dimulai, kami akan jarang melihat beliau tersenyum. Sisa hari itu kami habiskan dengan pembagian pleton, bersih-bersih, makan, ibadah, pegumpulan handphone, istirahat, bergantian jaga serambi. Saya mendapat bagian jaga bersama Ekin, Handika dan Master Po. Selama pendidikan kami tidak diperkenakan menggunakan handphone, foto-foto berasal dari handphone pelatih.
Selain itu, kami juga diajari beberapa lagu oleh pelatih Junedi dan pengenalan pelatih-pelatih yang bertugas. Pembukaan yang rencananya dilaksanakan pada hari Sabtu jam 4, diundur besok paginya. Pelatih Junedi mengingatkan bahwa hari ini kami harus menikmati senyum beliau. Karna saat pembukaan dan orientasi serta pendidikan dimulai, kami akan jarang melihat beliau tersenyum. Sisa hari itu kami habiskan dengan pembagian pleton, bersih-bersih, makan, ibadah, pegumpulan handphone, istirahat, bergantian jaga serambi. Saya mendapat bagian jaga bersama Ekin, Handika dan Master Po. Selama pendidikan kami tidak diperkenakan menggunakan handphone, foto-foto berasal dari handphone pelatih.
Minggu, 24 September 2017
Kami bangun sekitar pukul 3.30, persiapan mandi, ibadah, makan. Pembukaan dilakukan pukul 9.00 pagi. Setelah pembukaan, benar saja, kami langsung diperintah melakukan push up, sit up sambil diteriaki. Ketika kami tidak kompak, kami dihukum. Selesai push up, satu persatu dari kami diminta masuk ke sungai kecil untuk menyeburkan diri. Sungainya cukup bau, untuk yang tidak terbiasa mungkin akan merasa terganggu.
Kamipun melanjutkan kegiatan menggunakan pakaian dan sepatu basah. Kami lalu berjalan mengelilingi batalyon 305 untuk pengenalan lokasi. Ditengah perjalanan, kami diperintah untuk jalan jongkok, jalan merayap sampai akhirnya kami tiba di lapangan tembak.
Di lapangan tembak, kami berguling-guling dan koprol. Cukup pusing dan menguras tenaga. Untuk mengurangi efek pusing, kami harus tetap membuka mata karna ketika menutup mata, pusingnya akan lebih terasa. Saat akan koprol, Adi rekan saya menimpa kepala saya dengan sepatu PDL nya. Butuh waktu beberapa detik untuk mengembalikan kesadaran saya. Tetapi saya tetap melanjutkan koprol, walaupun lebih mirip guling-guling karna kepala saya sangat pusing setelah tertimpa sepatu Adi. Sayapun ditegur karena instruksi koprol tetapi berguling.
Selanjutkan kami makan siang, makan siang kali ini disebut makanan swiss, berupa ayam lalapan dan jeruk. Kami diminta untuk mencampur sambal, lalapan, ayam, nasi dan air. Setelah tercampur, kami diminta menjilat jari-jari kami, menyuapi teman, dan mengisap telunjuk teman. Saya berpasangan dengan Handika. Dalam proses itu, kami diminta mengisap jeruk dan mencampur di makanan kami. Posisi kamipun diputar, sehingga kami mendapatkan makanan dan botol minuman orang lain. Selama proses makan (harus habis), pelatih Niko berpura-pura muntah dengan tujuan menambah mual kami. Selain itu setiap mendengar tembakan, kami harus bangun, berlari dan tiarap. Jadi ada teman yang mendapatkan nasi yang bercampur tanah yang mau tidak mau harus dimakan. Ini sebenarnya mengajarkan kita untuk lebih menghargai makanan.
Kamipun melanjutkan kegiatan menggunakan pakaian dan sepatu basah. Kami lalu berjalan mengelilingi batalyon 305 untuk pengenalan lokasi. Ditengah perjalanan, kami diperintah untuk jalan jongkok, jalan merayap sampai akhirnya kami tiba di lapangan tembak.
Di lapangan tembak, kami berguling-guling dan koprol. Cukup pusing dan menguras tenaga. Untuk mengurangi efek pusing, kami harus tetap membuka mata karna ketika menutup mata, pusingnya akan lebih terasa. Saat akan koprol, Adi rekan saya menimpa kepala saya dengan sepatu PDL nya. Butuh waktu beberapa detik untuk mengembalikan kesadaran saya. Tetapi saya tetap melanjutkan koprol, walaupun lebih mirip guling-guling karna kepala saya sangat pusing setelah tertimpa sepatu Adi. Sayapun ditegur karena instruksi koprol tetapi berguling.
Selanjutkan kami makan siang, makan siang kali ini disebut makanan swiss, berupa ayam lalapan dan jeruk. Kami diminta untuk mencampur sambal, lalapan, ayam, nasi dan air. Setelah tercampur, kami diminta menjilat jari-jari kami, menyuapi teman, dan mengisap telunjuk teman. Saya berpasangan dengan Handika. Dalam proses itu, kami diminta mengisap jeruk dan mencampur di makanan kami. Posisi kamipun diputar, sehingga kami mendapatkan makanan dan botol minuman orang lain. Selama proses makan (harus habis), pelatih Niko berpura-pura muntah dengan tujuan menambah mual kami. Selain itu setiap mendengar tembakan, kami harus bangun, berlari dan tiarap. Jadi ada teman yang mendapatkan nasi yang bercampur tanah yang mau tidak mau harus dimakan. Ini sebenarnya mengajarkan kita untuk lebih menghargai makanan.
Setelah makan siang, kami melanjutkan aktivitas BDM (Bela Diri Militer). Kelas BDM diajarkan oleh pelatih Bonai. Setelah itu dilanjutkan dengan RGP (Rangkaian Gerakan Perorangan) yang merupakan kesatuan dari gerakan-gerakan BDM. Hari itu kami juga belajar PBB dasar. Setelah kegiatan selesai, kami yang laki-laki diminta untuk membawa tali tambang sepanjang kurang lebih 200m untuk persiapan acara besok harinya.
Cukup melelahkan untuk merapikan tali sepanjang itu, bayangkan saja berat dan keriwetan tali yang terlilit satu dengan yang lain. Pelatih Bonai yang membantu kami merapikan tali dan menyiapkan rangkaian jalur 2 (kegiatan melewati kolam dengan dua tali). Setelah selesai, kami diminta bersih-bersih dan mencuci pakaian. Untuk laki-laki kami mandi beramai-ramai, mencuci pakaian bersama. Hari itu sangat melelahkan. Setelah bersih, kami persiapan makan malam. Saya pikir tidak akan ada tindakan lagi, ternyata kami harus apel malam dan push up sit up kembali, baju yang bersih kotor kembali. Hari itu ditutup setelah apel malam, kamipun istirahat dan bergantian berjaga malam.
Cukup melelahkan untuk merapikan tali sepanjang itu, bayangkan saja berat dan keriwetan tali yang terlilit satu dengan yang lain. Pelatih Bonai yang membantu kami merapikan tali dan menyiapkan rangkaian jalur 2 (kegiatan melewati kolam dengan dua tali). Setelah selesai, kami diminta bersih-bersih dan mencuci pakaian. Untuk laki-laki kami mandi beramai-ramai, mencuci pakaian bersama. Hari itu sangat melelahkan. Setelah bersih, kami persiapan makan malam. Saya pikir tidak akan ada tindakan lagi, ternyata kami harus apel malam dan push up sit up kembali, baju yang bersih kotor kembali. Hari itu ditutup setelah apel malam, kamipun istirahat dan bergantian berjaga malam.
Senin, 25 September
Setelah bangun, kami persiapan pembersihan diri. Pakaian dan sepatu yang kami cuci belum kering. Kamipun harus menggunakan pakaian basah untuk aktivitas. Setelah ibadah, kami melakukan apel pagi, push up lagi, makan pagi. Kegiatan dilanjutkan dengan memasang tali rayap 1 yang kemarin belum sempat kami kerjakan mengingat waktu. Setelah selesa, kegiatanpun dimulai.
Saya orang kedua yang mencoba tali rayap 1, dan beruntung sy bisa melewatinya tanpa terjatuh dikolam yang cukup bau. Selanjutkan saya menyebrangi jembatan tali dua dan berhasil. Banyak teman-teman yang gagal, dan cukup terhibur melihat mereka jatuh ke dalam kolam. Kegiatan banyak menunggu karna satu persatu maju, saya pleton satu memulai lebih dulu jadi menunggu teman-teman pleton 2 menyelesaikan kegiatan. Selanjutnya, kami diminta masuk ke kali karna satu basah semua basah, jiwa korsa. Pelatih Bonai meminta kami membuka kembali ikatan tali untuk digunakan di kegiatan selanjutnya. Kebayang bagaimana rasanya merapikan tali tambang.
Gagal penyebrangan tali 1 |
Kegiatan selanjutnya adalah flying fox, kembali kami yang laki-laki membantu pelatih untuk menyiapkan kegiatan tersebut. Pelatih Bonai merupakan PIC dari kegiatan ini. Kali ini pleton 2 yang memulai kegiatan, kami menunggu lama untuk dapat giliran. Saya diminta oleh pelatih Rully untuk membuka tali pengaman teman-teman yang sudah sampai bawah. Ketika giliran saya, tower yang kami naiki terlihat pendek dari bawah, tapi saya yang phobia ketinggian cukup merinding diatas menara. Kegiatan itu pun selesai dan kami harus kembali merapikan tali tambang. Kegitan hari itu ditutup dengan bersih-bersih, mandi, mencuci, makan, dan apel malam yang diselingi dengan push up sit up.
Persiapan flying fox |
Kegiatan dimulai seperti hari-hari sebelumnya, bersih-bersih, apel pagi, sarapan. Pakaian dan sepatu kami pun masih basah. Hari ini kegiatan kami adalah pengenalan senjata SS 02 V 04. Satu persatu dari kami diminta untuk membongkar dan memasang kembali senjata tersebut. Kali ini kembali pelatih Bonai yang menjelaskan. Kami yang telah selesai, kembali harus menunggu teman yang lain selesai. Pada saat menunggu, Alif tertidur dan dihukum oleh pelatih. Selain pengenalan senapan, 10 orang yang dipilih parkor mendapat kesempatan menembak menggunakan pistol.
Perpleton diminta 6 orang untuk maju dan mengikuti lomba. Saya mengajukan diri, kami pleton 1 vs pleton 2 berlomba membuka dan membongkar senjata. Pleton 1 diwakili oleh saya, Dika, Ekin, Ata, Gesty dan satu lagi saya lupa. Kamipun menang dan pleton dua dihukum memeluk pohon.
Selesai kegiatan pengenalan senjata, kami diminta untuk push up ditengah terik matahari. Keringat masuk kemata yang menambah beratnya kegiatan hari itu. Sambil menunggu, saya ditunjuk untuk memimpin yel-yel oleh teman-teman yang difasilitasi pelatih Junedi.
Selanjutkan kegiatan dimulai dengan pengenalan HR (Halau Rintang). Dari 22 HR kami diberikan kesempatan untuk mencoba beberapa 'wahana'. Kegiatan ini dipimpin pelatih Niko dan diperagakan oleh pelatih Jonny dan Erik.
Selanjutkan kegiatan dimulai dengan pengenalan HR (Halau Rintang). Dari 22 HR kami diberikan kesempatan untuk mencoba beberapa 'wahana'. Kegiatan ini dipimpin pelatih Niko dan diperagakan oleh pelatih Jonny dan Erik.
Salah satu HR |
Selesai HR, kami melanjutkan dengan Lempika (lempar pisau kapak). Kembali pelatih Bonai. Setelah diajarkan tekniknya, kamipun melaksanakan lempika satu persatu dimulai dari pleton 1. Kami harus melempar 4 pisau dan 5 kapak. Ada batasan yang harus dipenuhi untuk bebas tercebur kesungai. Dari hasil lempika, kami terbagi menjadi kelompok full nyebur, setengah nyebur, dan bebas nyebur. Hanya dua orang yang bebas nyebur, yaitu Odin dan Rafa. Saya berhasil menancapkan 1 pisau dan 5 kapak menjadi kelompok setengah nyebur (bagian pinggang kebawah). Hanya ada 16 orang yang setengah, sisanya full nyebur. Kegiatan hari itu selesai dengan bersih-bersih, makan, ibadah dan menonton video TNI Indonesia saat tugas di Lebanon.
Rabu, 27 September
Kegiatan yang dilaksanakan pada hari ini adalah menembak. Hujan sudah turun dari subuh, kami sempat berteduh walaupun akhirnya tetap melanjutkan kegiatan hujan-hujan. Saat berteduh, kami diminta menyiapkan kegiatan keakraban yang akan dilaksanakan pada hari Jumat. Kamipun berdikusi dipimpin oleh Andre. Saya dipilih sebagai ketua sie acara walaupun dalam pelaksaannya digantikan Odin.
Kegiatan menembak dibagi menjadi dua bagian, sebelum dan setelah makan siang. Sebelum makan siang, kami hanya menembak dengan 3 peluru dan setelah makan siang 10 peluru. Kami diminta menembaki balon. Hujan tidak kunjung reda sampai kami selesai kegiatan. Kegiatan selesai cukup cepat, setelah membersihkan senjata, kami kembali ke barak untuk pembersihan.
Kamis, 28 September
Pagi-pagi kami berangkat menuju Gunung Saptabuana, dimana kami akan melukan kegiatan dua hari satu malam. Kami berangkat menggunakan kendaraan truk yang seperti kami gunakan pertama kali. Pelatih Sugianto memberikan handphone nya kepada kami agar kami bisa berfoto selama diperjalanan. Sesampai di Gunung Saptabuana, kami langsung membantu pelatih Bonai untuk menyiapkan tali tambang yang biasa digunakan di ninja warrior. Selanjutnya kegiatan dilanjutakan dengan HTF (How to find fighter). Kegiatan ini semacam melewati hutan. Terdapat 3 pos yang harus di lalui. Saya mendapat urutan ke 5.
Di pos pertama, saya bertemu dengan pelatih Aidil, saya memanjat jaring-jaring tali tambang yang dikaitkan dipohon. Saya berhasil dan tidak mendapatkan hukuman. Jika kita gagal, kita akan mencoretkan lumpur ke pipi kita.
Di pos kedua, saya berhadapan dengan pelatih Sugianto. Kami harus melakukan lempi (lempar pisau). Ada 4 pisau yang harus ditancapkan kepohon. Jika gagal satu harus masuk lumpur. Semua gagal disini.
Di pos pertama, saya bertemu dengan pelatih Aidil, saya memanjat jaring-jaring tali tambang yang dikaitkan dipohon. Saya berhasil dan tidak mendapatkan hukuman. Jika kita gagal, kita akan mencoretkan lumpur ke pipi kita.
Di pos kedua, saya berhadapan dengan pelatih Sugianto. Kami harus melakukan lempi (lempar pisau). Ada 4 pisau yang harus ditancapkan kepohon. Jika gagal satu harus masuk lumpur. Semua gagal disini.
Mandi lumpur |
Di pos 3, saya bertemu pelatih Jonny, harusnya saya melakukan gerakan BDM tapi langsung diminta push up 15x. Selanjutnya pos pelatih Junedi, bongkar pasang senjata, saya berhasil. Cukup lelah melalui ringtangan dan medan yang kami lalui. Saya berhasil menjadi yang tercepat pria dengan waktu 30.01 menit. Hadiahnya berupa teh pucuk.
Selesai kegitan HTF, kami diberikan waktu istirahat sampai malam. Kesempatan itu kami gunakan untuk bersih-bersih lumpur yang menyelimuti badan kami. Setelah makan malam, kami di minta istirahat. Beberapa teman sudah dapat bocoran jurit malam mempersiapkan diri dengan pakaian PDL. Senapanpun ditembakan dan kami diminta untuk berbaris. Akan ada 3 pos yang kami lalui, kebalikan dari rute sebelumnya. Sistemnya laki-laki berjalan sendiri, wanita berdua mengikuti tali merah yang telah dipersiapkan. Hanya Adola laki-laki yang berjalan berdua dengan Andini. Karna jumlah laki-laki dan perempuan ganjil. Kami diberikan informasi yang harus di jaga sampai finish. Melihat banyak yang basah dan kena lumpur, beberapa orang berspekulasi tidak mau meliwati pos dengan tujuan agar tidak bocor informasi dan tidak basah dilumpur
Satu persatu bergiliran laki-laki dan wanita dipanggil tetapi saya belum mendapat giliran. Ada sedikit masalah cerita yang saya ceritakan sebelumnya. Ada beberapa teman saya yang tidak melewati pos dan mengikuti tali. Hal ini memicu kemarahan pelatih, mengingat fungsi dari masuk pos untuk melihat siapa yang telah lewat, demi keamanan kami sendiri.
Sayapun dipanggil terakhir, ketika saya tanya ke pelatih Bonai. Beliau menjawab "Saya memang sengaja taruh kami paling akhir, tadi siang kami paling cepat, pasti kamu lewatin temen-temenmu. Saya jujur takut, mengingat ada bagian kami melewati kuburan penuh dengan bambu. Akhirnya giliran saya tiba, mungkin karna berpikir aneh-aneh. Saya lupa pesan yang saya harus sampaikan di finish line. Di pos satu ternyata masih ada Adola Andini dan Kristian serta dua orang yang saya lupa. Pos satu dijaga oleh Pelatih Sugianto dan Aidil. Kami diminta tiarap dan dijelaskan mereka sudah kesal karna tingkah beberapa orang yang tidak mengikuti aturan (tidak mengikuti tali, tidak mampir di pos, tidak mengerjakan tugas di pos). Kami pun tidak diminta melakukan apapun. Saya berjalan ke pos 2, disana sudah ada pelatih Junedi dan Parkor Budi. Saya diminta mencoba 6 rasa yang harus saya tebak. Disana masih ada Alif, Rafa, dan satu lagi yang tidak mau mencoba karna berpikir akan memboncorkan identitas mereka.
Saya pun di ijinkan melewati mereka bertiga dan kembali bertemu Adola Andini Kristian dijalan karna mereka tidak melihat saya maju kedepan mencoba mencari jalan. Di pos 3 saya bertemu Pelatih Johny dan Yudi, saya diminta masuk lumpur. Saya lakukan dan masih banyak yang tertahan disana karna beberapa alasan. Sampai di finish saya bernyanyi tetapi situasi tegang. Pelatih Bonai marah-marah terhatap beberapa orang yang tidak melewati pos dan tidak mengikuti instruksi. Sayapun tidak diminta membaca pesan yang harus saya sampaikan. Beberapa orang yang dimarah diminta melakukan jurit malam ulang, tapi mereka menolak dengan alasan mengikuti tugas tidak memboncorkan identitas. Beberapa teman yang kesal dengan mereka yang melawan ikut membentak meminta mereka menurunkan ego.
Saya tidak pernah melihat para pelatih marah seperti itu, terutama pelatih Bonai dan Aidil. Kamipun diberikan petuah bahwa setiap kegiatan memiliki maksud dan tujuan. Saya melihat kondisi ini karna belum ada pemahaman mengenai instruksi cara bermain antara pelatih dan beberapa pelaku. Ketika melihat teman-teman yang telah melaksanakan kegiatan basah terkena lumpur, beberapa berspekulasi harus berperan menjadi orang lain. Saya meminta maaf kepada pelatih Bonai pada malam itu. Kami dimarahi cukup lama, ada saat dimana saya menahan kencing dan kantuk, begitu juga teman yang lain.
Sekitar jam 4 pagi, kami memulai menyalakan lilin yang dipimpin oleh Pelatih Yudi. Di sesi ini pelatih Yudi membuat saya dan beberapa teman menangis karena beliau "berkotbah" dengan menyelipkan orang tua. Kegiatan pun usai, kami dipersilahkan untuk istirahat.
Pagi harinya, kami kembali ke Karawang. Untuk detailnya saya lupa karna kesibukan klasikal 1, OJT dan klasikal 2. Inti dari cerita ini, pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Terima kasih pelatih dan Karawang. Hanya kalian yang bisa membuat saya tidak menggunakan telepon selular selama 7 hari.
Selesai kegitan HTF, kami diberikan waktu istirahat sampai malam. Kesempatan itu kami gunakan untuk bersih-bersih lumpur yang menyelimuti badan kami. Setelah makan malam, kami di minta istirahat. Beberapa teman sudah dapat bocoran jurit malam mempersiapkan diri dengan pakaian PDL. Senapanpun ditembakan dan kami diminta untuk berbaris. Akan ada 3 pos yang kami lalui, kebalikan dari rute sebelumnya. Sistemnya laki-laki berjalan sendiri, wanita berdua mengikuti tali merah yang telah dipersiapkan. Hanya Adola laki-laki yang berjalan berdua dengan Andini. Karna jumlah laki-laki dan perempuan ganjil. Kami diberikan informasi yang harus di jaga sampai finish. Melihat banyak yang basah dan kena lumpur, beberapa orang berspekulasi tidak mau meliwati pos dengan tujuan agar tidak bocor informasi dan tidak basah dilumpur
Satu persatu bergiliran laki-laki dan wanita dipanggil tetapi saya belum mendapat giliran. Ada sedikit masalah cerita yang saya ceritakan sebelumnya. Ada beberapa teman saya yang tidak melewati pos dan mengikuti tali. Hal ini memicu kemarahan pelatih, mengingat fungsi dari masuk pos untuk melihat siapa yang telah lewat, demi keamanan kami sendiri.
Sayapun dipanggil terakhir, ketika saya tanya ke pelatih Bonai. Beliau menjawab "Saya memang sengaja taruh kami paling akhir, tadi siang kami paling cepat, pasti kamu lewatin temen-temenmu. Saya jujur takut, mengingat ada bagian kami melewati kuburan penuh dengan bambu. Akhirnya giliran saya tiba, mungkin karna berpikir aneh-aneh. Saya lupa pesan yang saya harus sampaikan di finish line. Di pos satu ternyata masih ada Adola Andini dan Kristian serta dua orang yang saya lupa. Pos satu dijaga oleh Pelatih Sugianto dan Aidil. Kami diminta tiarap dan dijelaskan mereka sudah kesal karna tingkah beberapa orang yang tidak mengikuti aturan (tidak mengikuti tali, tidak mampir di pos, tidak mengerjakan tugas di pos). Kami pun tidak diminta melakukan apapun. Saya berjalan ke pos 2, disana sudah ada pelatih Junedi dan Parkor Budi. Saya diminta mencoba 6 rasa yang harus saya tebak. Disana masih ada Alif, Rafa, dan satu lagi yang tidak mau mencoba karna berpikir akan memboncorkan identitas mereka.
Saya pun di ijinkan melewati mereka bertiga dan kembali bertemu Adola Andini Kristian dijalan karna mereka tidak melihat saya maju kedepan mencoba mencari jalan. Di pos 3 saya bertemu Pelatih Johny dan Yudi, saya diminta masuk lumpur. Saya lakukan dan masih banyak yang tertahan disana karna beberapa alasan. Sampai di finish saya bernyanyi tetapi situasi tegang. Pelatih Bonai marah-marah terhatap beberapa orang yang tidak melewati pos dan tidak mengikuti instruksi. Sayapun tidak diminta membaca pesan yang harus saya sampaikan. Beberapa orang yang dimarah diminta melakukan jurit malam ulang, tapi mereka menolak dengan alasan mengikuti tugas tidak memboncorkan identitas. Beberapa teman yang kesal dengan mereka yang melawan ikut membentak meminta mereka menurunkan ego.
Saya tidak pernah melihat para pelatih marah seperti itu, terutama pelatih Bonai dan Aidil. Kamipun diberikan petuah bahwa setiap kegiatan memiliki maksud dan tujuan. Saya melihat kondisi ini karna belum ada pemahaman mengenai instruksi cara bermain antara pelatih dan beberapa pelaku. Ketika melihat teman-teman yang telah melaksanakan kegiatan basah terkena lumpur, beberapa berspekulasi harus berperan menjadi orang lain. Saya meminta maaf kepada pelatih Bonai pada malam itu. Kami dimarahi cukup lama, ada saat dimana saya menahan kencing dan kantuk, begitu juga teman yang lain.
Sekitar jam 4 pagi, kami memulai menyalakan lilin yang dipimpin oleh Pelatih Yudi. Di sesi ini pelatih Yudi membuat saya dan beberapa teman menangis karena beliau "berkotbah" dengan menyelipkan orang tua. Kegiatan pun usai, kami dipersilahkan untuk istirahat.
Pagi harinya, kami kembali ke Karawang. Untuk detailnya saya lupa karna kesibukan klasikal 1, OJT dan klasikal 2. Inti dari cerita ini, pengalaman yang tidak akan saya lupakan. Terima kasih pelatih dan Karawang. Hanya kalian yang bisa membuat saya tidak menggunakan telepon selular selama 7 hari.
Sore kaka
BalasHapusSya mau tanya, kalau utk Samapta ODP BTN brp hari y?
Terimakasih infonya Kaka
7 hari 8 malam
Hapus7 hari itu udh termasuk hari jumatnya apa enggak ya kak?
BalasHapus7 hari itu udh termasuk hari jumatnya apa enggak ya kak?
BalasHapus